Senin, 22 Desember 2014

REKAN KERJA

Standard
Malam ini aku pulang terlambat dari hari biasanya, yaitu pukul 11 malam. Aku melakukan overtime karena pekerjaanku yang sangat menumpuk. Biasanya aku ditemani oleh Mercy, sekretarisku dan Bram, teman satu ruanganku di kantor. Namun hari ini berbeda dari biasanya, mereka pulang 5 jam lebih cepat daripada aku, dengan alasan rumah sedang kosong karena keluarga mereka pada pulang kampung dari kemarin. Maklum ini adalah hari rabu, 5 hari sebelum natal.

Di perjalanan pulang ke rumah, aku melihat Mercy dan Bram sedang duduk di halte menunggu bus yang biasanya mengangkut mereka, ya bus itu selalu berhenti di halte itu tiga kali sehari, pukul 8.00, 13.00 dan 19.00. Saat aku menghampiri mereka, mereka terlihat pucat seperti ketakutan, mermereka hanya diam dan segera masuk ke dalam mobilku tanpa sepatah katapun. Tanpa berpikir panjang, aku segera menancap gas mengantarkan mereka ke rumah mereka yang bersebelahan sebelum terjadi apapun pada mereka.

Sesampai di depan rumah mereka, mereka langsung turun tersenyum ke arahku dan segera memasuki rumah mereka masing masing yang telah terang dihiasi lampu ruangan. Keesokan harinya, terdengar kabar bahwa mereka telah meninggal dunia pada pukul 1 malam. Aku pun terkejut mendengarnya.


Minggu, 21 Desember 2014

POHON PISANG

Standard
Aku sangat terganggu dengan pohon pisang yang aku tanam dibelakang rumahku seminggu yang lalu, ia selalu saja mengundang hewan melata datang menghampirinya. Binatang itu cukup mengganggu tanamanku yang berada di sekitar pohon pisang tersebut. Bahkan menimbulkan bau yang sangat busuk seperti bau bangkai mereka.
Ditambah lagi aku sedang pusing mencari dimana istriku. Ia pergi begitu saja meninggalkan diriku dirumah sendirian. Terakhir aku melihatnya adalah seminggu lalu.

Aku ingat saat terakhir kami bersama, kami meminum banyak sekali alkohol hingga kami mabuk dan hampir tak sadarkan diri. Namun malam itu ia jengkel padaku karena aku memarahinya saat ia menyuruhku berhenti minum sebelum aku muntah atau sebagainya. Aku sangat membencinya malam itu, aku benci orang yang memarahiku. Namun aku tak sadar dia tega meninggalkan diriku sendiri.

Aku juga ingat, malam itu aku mengundang 2 orang tetangga baruku, mereka adalah orang yang ramah, asyik dan enak diajak bicara. Namun mereka terburu-buru pulang dan berpamitan kepada kami, aku hanya mengiyakannya.

Jumat, 19 Desember 2014

INSIDEN KELUARGA

Standard
Aku adalah seorang pemuda berumur 25 tahun yang tinggal bersama kedua orangtuaku, nenekku yang berumur 70 tahun, kakakku dan adikku yang masing-masing berumur 28 dan 17 tahun. Kami tinggal dilingkungan tertutup, di sebelah tetangga yang sangat gemar mengintip ke dalam rumahku melalui jendela. Aku tidak mau dan tidak pernah menghiraukan si aneh itu.

Seperti hari biasanya, aku bekerja dari pagi hingga malam hari walaupun ini adalah hari minggu. Namun akhir ini sangat banyak terjadi masalah pada keluarga kami.

Setiap hari aku menguping ibu yang selalu dibentak oleh seorang depkolektor, karena banyaknya hutang yang ibu miliki.

Pacar lelaki kakakku yang bertengkar dahsyat dengan keluargaku karena hubungannya tidak direstui. Ia pun tidak luput mengucapkan sumpah serapah dan mengutuki keluargaku dengan ucapan yang kasar.

Nenekku yang dibenci oleh semua tetangga karena sering mengirim pesan singkat tak bermoral kepada semua orang, mungkin karena ia sudah tua dan kurang waras.

Dan ayahku yang pengangguran selalu bergantung pada gajiku untuk membayar uang sekolah adikku.

Pada suatu malam, sesampainya dirumah, aku terkejut melihat semua anggota keluargaku terbaring diatas lantai pada tempat yang berbeda dalam keadaan tak bernyawa lagi. Aku menangis terisak mengecek mereka satu persatu.

Kakakku tewas dengan luka sayatan pada nadinya, ia terbaring di dalam kamarnya. Aku hanya melihat dirinya menyimpan selembaran bendera Amerika dengan angka 20 diatasnya. Ia memang sangat mencintai negara kami, Amerika.

Ibuku tewas dengan tubuh tertimpa lemari besar yang berada di ruang keluarga. Aku hanya melihat ia masih memegangi foto ayah. Aku yakin betapa besar cintanya kepada Ayah hingga akhir hayatnya.

Adikku tewas di dalam bak kamar mandi, ia telah pucat dan mengambang ke permukaan. Aku hanya melihat 30 sabun koleksinya berserakan diatas lantai, dua diantaranya yang beraroma jeruk telah terbuka dan menebarkan aroma yang sangat wangi. Itu sangat sesuai dengan sifat adikku yang mentel, fashionable, dan menjaga penampilannya yang selalu perfect.

Nenekku tewas dengan luka bakar disekujur tubuhnya dan ia terletak di dapur. Aku melihat ia memegang novel yang berjudul "Inside of Seventeen" dan "Bloody Terbawa". Nenekku yang tua itu memang sangat menyukai novel remaja, namun yang berbau pembunuhan, thriller, dan horror. Itulah mengapa novel itu ada bersamanya saat ia mati.

Lalu, aku mencari jasad ayah. Namun betapa terkejut diriku melihat ada jasad hitam pekat terbakar lenyap menjadikannya tak dapat dikenali sama sekali. Aku yakin sekali itu adalah jasad ayah, karena aku dapat melihat jam yang biasa dipakai oleh ayah berada didekat jasad tersebut.

Akupun menangis menyesali semua ini.
"Siapa pelakunya? Tidakkah ia mempunyai hati nurani?"

Aku tersentak terkejut melihat jendela rumahku terbuka dan meninggalkan jejak kaki seseorang yang telah masuk kerumahku melalui jendela. Aku juga menemukan foto diriku saat bersama Ayah dahulu, tersangkut di jendela tersebut.


Rabu, 17 Desember 2014

NAMAKU FREDDY

Standard
Tok tok tok...
Aku mengetuk pintu rumah tetanggaku.

"Siapa?" Tanya seseorang dari dalam.

"Aku Freddy." Jawabku.

"Demi Tuhan, pergilah Freddy! Mengapa kau datang kesini? Tak ada yang mengundangmu!! " Jawabnya sambil berteriak.

Aku merasa ada yang aneh malam ini, berbeda dari hari biasanya.

5 menit kemudian, aku pergi meninggalkan rumah tersebut. Setelah aku pergi, aku melihat tetanggaku membuka pintunya, melihatku sambil menangis dan meletakkan salib dan injil diatas meja kecil di depan pintunya.

Aku kembali ke rumah tersebut, aku rasa ia meletakkan benda itu untuk kubawa berjaga dimalam ini, mengingat aku masihlah anak berusia 10 tahun yang berjalan digelapnya malam 

Kamis, 11 Desember 2014

NENEK YANG MALANG

Standard
Malam ini, cukup dingin di perjalanan pulang ke rumah yang aku lakukan melalui perbukitan yang biasa aku lewati setiap hari sepulang bekerja dengan mobil sedan pribadiku. Hujan yang turun dengan sangat deras telah membekukan jari-jari tanganku dan menyamarkan pandanganku melalui kaca depan mobilku.

Dari kejauhan, samar-samar aku melihat seorang perempuan tengah berdiri, berteduh sendirian dibawah atap kecil sebuah rumah kosong. Aku heran melihatnya dan segera menghampirinya, karena aku berniat memberinya tumpangan.

Setelah aku berjalan mendekatinya, aku terkejut karena melihat perempuan tersebut adalah seorang nenek tua. Mungkin karena derasnya hujan telah membutakan penglihatan jauhku. Ia tampak lusuh, kotor dan pakaiannya terbalut darah segar, ia juga membawa dua ransel yang terlihat berat. Aku pun segera memberi tumpangan padanya karena kasihan melihatnya.

"Nek, kenapa bisa berdarah seperti itu?" tanyaku padanya.

"Nenek terjatuh, nak." ujarnya tampak sedih.

"Darahnya masih segar seperti itu. kasihan sekali, nek." sambungku.

"Iya, nak. nenek baru saja terjatuh, dan butuh waktu lama untuk menghentikan darah seperti ini." ujarnya lesu.

"Ya sudah. Nenek ikut saya aja ya ke rumah, nginap semalam. Istri saya pasti akan senang membantu orang lain." Tawarku padanya.

"Baiklah, terima kasih, nak."

KELUARGAKU

Standard
Aku sungguh membenci ibuku, dia seperti orang gila, atau mungkin aku harus menyebutnya orang gila, sangat gila. Aku benci rumahku saat ini, mungkin ini semua karena Ayahku, dia memang lelaki bodoh yang tak bertanggung jawab.

Siang ini, setelah pulang sekolah, aku telah melihat ibuku yang gila itu meronta-ronta kepada Ayahku, ia seenaknya saja tidak menafkahi kami selama satu bulan, ibu hanya dapat berhutang terus-terusan membiayaiku dan ketiga adikku.

Setiap waktu aku selalu melihat ibuku memukuli dan memaki Ayah dengan kata-kata kasar, namun kurasa Ayahku adalah orang yang sungguh sabar, dapat menahan semua yang telah dilakukan ibu selama satu bulan tanpa pernah sama sekali menghiraukan dan membalas kelakuan ibuku. Dia hanya diam, seperti orang bodoh.

Namun yang aku sesali, dia adalah seorang pemalas yang kerjanya tidur dari siang hingga malam hari dan aku tak tahu apa yang dikerjakannya pagi hari saat aku sedang bersekolah, entah dia bermain-main atau tidur lagi.
Oh, aku benci rumahku, keluargaku, ibuku dan ayahku.

#A