Pikiranku tentang apa yang tadi menyentuh dan melilitku masih saja terus terbayang. Aku terus memikirkan hal tersebut hingga aku menjadi tidak selera makan. Imah yang melihat sikapku tersebut, langsung duduk di meja makan di sebelahku.
"Ada apa, mbak?" Tanyanya padaku.
Keheningan berganti menjadi curhatan dan banyak pertanyaanku pada Imah tentang rumah ini. Imah yang kebetulan adalah pembantu baru di rumah ini, tidak tahu tentang rumah ini, ia hanya mendengar curhatanku saja. Imah tampak menenangkanku saat aku mengatakan bahwa ada kemungkinan rumah ini berpenghuni selain keluarga Risa.
Setelah selesai makan, Imah membereskan meja makan dan mencuci piring kotor dan akan membersihkan rumah. Aku pun hanya bisa duduk diam menunggu Imah hingga selesai bekerja. Ia bekerja dengan cepat dan tangkas, aku pun menjadi salut dengan pembantu seperti dia. Namun, perasaanku menjadi cemas saat Imah sedang berjalan ke dapur. Aku yakin ada orang lain yang mengikutinya. tetapi, aku tidak mengetahui itu apa dan siapa. Aku mencoba melihat Imah yang sedang mencuci piring dari celah kecil antara dapur dan ruang tamu.
"Ya Tuhanku!" Aku berteriak dalam hati melihat apa yang telah aku lihat.
Saat aku mengintip dari celah tersebut, aku melihat ada seorang perempuan misterius yang sangat pucat sedang memotong jarinya diatas talam kecil. Aku mencoba tenang dan berhenti untuk mengintip. Namun, karena sangat penasaran, aku mengintip sedikit lagi dengan sangat tenang dan pelan. Dari celah ini aku melihat sosok tersebut sedang melihat ke depannya sambil terus memotong jarinya. Aku terkejut dan merinding karena aku lupa bahwa bagian kecil dari sekeliling dapur adalah cermin. Aku sudah yakin bahwa sosok itu sudah mengetahui bahwa aku mengintipnya dari cermin dan itu benar.
Saat aku mengintip dari celah tersebut, aku melihat ada seorang perempuan misterius yang sangat pucat sedang memotong jarinya diatas talam kecil. Aku mencoba tenang dan berhenti untuk mengintip. Namun, karena sangat penasaran, aku mengintip sedikit lagi dengan sangat tenang dan pelan. Dari celah ini aku melihat sosok tersebut sedang melihat ke depannya sambil terus memotong jarinya. Aku terkejut dan merinding karena aku lupa bahwa bagian kecil dari sekeliling dapur adalah cermin. Aku sudah yakin bahwa sosok itu sudah mengetahui bahwa aku mengintipnya dari cermin dan itu benar.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa" teriakku dengan sangat lantang.
Beberapa jam kemudian, aku melihat diriku sudah berada diatas kasur kamar Risa dan alangkah takutnya aku saat melihat sosok tersebut berada di depanku, ia tampak ingin menusukku dengan gunting. Rasanya suaraku sudah tiada lagi, aku merasa mati, kaku, diam dan beku, aku tidak bisa berteriak ataupun lari lagi. Aku berfikir bahwa ini adalah takdirku. Mati ditangan makhluk halus. Tiba-tiba, suara pintu kamar Risa terbuka, perempuan misterius tersebut menghilang dengan sekejap mata.
"Mbak, udah sadar? Minum dulu ya." Ujar Imah sambil masuk dan memberikanku teh hangat.
Aku duduk dengan wajah ketakutan, mencoba minum teh tersebut sedikit demi sedikit, aku seperti orang bisu, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena kejadian tadi. Aku membayangkan bagaimana nasibku apabila Imah tidak datang? Aku terus membayangkan hal buruk yang seharusnya tidak perlu aku pikirkan. Aku mencoba tenang dan mengambil pikiran positif.
"Mungkin tadi hanya imajinasiku saja karena aku tidur terlalu larut dan menonton film horror. Iya, aku yakin sekali." Ujarku dalam hati.
Imah pun bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun, aku merahasiakan lagi hal tersebut dengan mengatakan, "Terlalu capek." Imah hanya tersenyum kecil.
Setelah selesai merawatku, Imah pamit untuk kembali ke kamarnya. berhubung hari sudah malam, ia berniat untuk tidur malam. Namun aku memintanya untuk menunggu hingga Risa kembali ke rumah, ia pun bersedia menemaniku.
Beberapa menit setelah Imah menemaniku, pintu kamar Risa terbuka. Risa pulang dengan sedikit sempoyongan dan dia tampak lelah dan mengantuk. Ia melemparkan tasnya ke atas lemari bukunya dan segera berbaring dan tertidur di sebelahku.
"Kasihan sekali Nona Risa. Lelah, pulang malam." Ujar Imah sambil menutupi setengah tubuhku dan Risa dengan selimut.
Setelah merasa tugasnya selesai, Imah pun keluar dari kamar dan menuju ke kamarnya sendiri karena telah merasa sangat ngantuk.
Pukul 23.45, setengah jam dari waktu pulangnya Risa, aku mendengar suara mobil ayah dan ibu Risa memasuki garasi. Aku pun segera tertidur lagi. Tiba-tiba, aku membuka mataku dan mengintip sedikit ke arah Risa yang telah tertidur membelakangiku. Aku terus mengintip kecil ke arah Risa. Namun, karena sangat takut, aku memilih untuk memejamkan mataku dan kembali tidur hingga pagi menyapa.
Beberapa jam setelah aku tidur sangat nyenyak, aku dibangunkan oleh suara-suara aneh yang sepertinya keluar dari tembok kamar Risa. Aku mencoba tenang dan tetap terlelap, namun suara itu sangat dekat hingga aku mencoba mengintip.
"Ya Tuhan!" Betapa terkejutnya aku melihat seperti ada seorang perempuan yang kaluar melalui tembok tersebut. Jantungku berdebar cukup cepat, nafasku naik turun dengan cepat, namun aku terus mencoba untuk menutup mataku dengan rapat. Aku mencoba memeluk Risa dari arah belakangnya, namun aku merasakan bahwa dia tidak ada disebelahku.
Tiba-tiba, aku memilih untuk tetap diam dan tenang saat aku merasakan ada seseorang yang duduk di atas kasur di belakang tubuhku. Aku terus membelakanginya dan tetap menutup mataku. Aku merasa ingin berlari keluar kamar mencari Risa dan berteriak sekuat tenaga. Namun, apa daya diriku sangat ketakutan dan mati rasa. aku sangat takut, hingga terasa melayang dan ingin pingsan. Tiba-tiba aku merasakan bulu kudukku merinding dan aku merasakan sangat dingin di tubuh bagian belakangku. Aku mencoba terus tenang dan tertidur kembali.
Pagi hari datang, aku melihat Risa sedang membuka gordennya agar sinar matahari dapat masuk ke kamarnya. Aku melihat dia menuju ke cermin yang dipenuhi aksesoris serta make-up nya. Aku pun bertanya,
"Pagi gini udah mau pergi lagi? Gak capek ya?" Ujarku cemas.
"Apaan. aku aja baru pulang, mana mungkin pergi lagi. ini mau bersihin make-up." Ujar dia tersenyum sambil membersihkan make-up nya di depan cermin.
Mendengar jawaban tersebut, aku tercengang. Aku mulai takut dan berfikir hal yang aneh, "Siapa semalam?" pertanyaan tersebut terus bergumam dipikiranku. aku semakin takut dan semakin merinding. aku melihat ke tembok dan, dan aku masih bisa melihat titik darah mengalir perlahan. aku tersentak berteriak hingga Risa berlari ke arahku yang sudah terjatuh di lantai. "Ada apa?" tanya Risa, aku pun hilang kesadaran.
Setelah tertidur pulas, aku terbangun. aku melihat Risa dan Imah sedang berada disampingku menunggu hingga aku bangun. Aku yang sudah tidak kuat lagi, akhirnya aku meminta Risa mengantarku kembali ke rumah orangtuaku di pedesaan. Namun, Risa yang masih ngantuk membujukku untuk menginap semalam lagi. Sebenarnya aku sudah tidak kuat lagi, namun apa boleh buat? Aku pun mengiyakan permintaannya.
Makan malam telah tersedia di atas meja makan. Aku, Risa dan keluarganya menyantap makanan bersama.
"Eh, ada apa?" bisik Risa pelan kepadaku.
"Tidak ada." Jawabku singkat sambil melanjutkan makan.
Risa pun tidak mengambil pusing, ia juga melanjutkan makan. Namun, selera makanku hilang seketika saat aku melihat seorang perempuan yang belum pernah aku lihat sebelumnya berada di dapur. aku melihat perempuan tersebut melalui celah kecil antara dapar dan ruang makan rumah Risa. Perempuan tersebut seperti sedang memotong sesuatu dan tampak lesu dan diam. Aku mulai takut ketika aku menyadari bahwa muka perempuan tersebut rata. Aku baru bisa menyadari hal tersebut 3 menit setelah melihatnya saat ia berbalik arah unutuk menuju ke wastafel. Aku hanya terdiam dan memalingkan kembali wajahku ke hadapan keluarga Risa yang sedang makan.
"Aku takut!" hanya kata tersebut yang keluar dari pikiranku saat membayangkan perempuan tersebut. Setelah makan, aku dan Risa kembali ke kamar untuk bermain game di sosial media.
"Aku ke toilet sebentar ya?" Ujar Risa sambil berdiri dan meninggalkanku yang sedang bermain game sendiri di kamar. Aku sangat senang bermain game tersebut, aku bermain hingga lupa waktu. setelah aku game over, aku baru menyadari Risa belum kembali juga selama 20 menit. aku berfikir bahwa dia mungkin seang sakit perut. Tiba-tiba aku menghentikan permainan tersebut karena mendengarkan sesuatu yang bergesek di lantai. suara tersebut sangat jauh, makin lama menjadi dekat, semakin dekat hingga bulu kudukku berdiri. aku tidak berani untuk melihat ke belakang, aku hanya diam dan membeku. untuk menutupi rasa takutku, aku melanjutkan permainan tersebut walaupun aku sangat takut dan tanganku sudah lemas, bergetar. aku merasa seperti di film yang pernah aku dan Risa tonton. tokoh tersebut duduk sendiri dan tiba-tiba ada tangan yang sangat pelan memegang pundaknya. pelan tangan tersebut masih aku rasakan, pelan tapi pasti menggerap ke arah pundakku.
"Aaaaaaaaaaaaa....." Teriakku saat aku merasa ada seseorang yang memegang pundakku.
Aku berlari pontang-panting menuju ke pintu kamar Risa. Namun, aku tiba-tiba terjatuh dan tersungkur. aku melihat ada seseorang yang datang dari kegelapan di salah satu sisi kamar Risa. dia berjalan pelan, sumpah aku tak bisa bergerak lagi, aku sangat takut. Tiba-tiba makhluk itu berteriak dan berlari dengan sangat cepat kearahku,
"Aaaaaaaaaaaaaaaa...."
Aku dan Risa terbangun dari tidur nyenyak kami. Aku terlihat pucah dan ketakutan, merinding sambil melihat ke kiri dan kanan. Risa yang terkejut dan terbangun segera memelukku.
"Ada apa lagi?" Tanya nya kepadaku sambil terus mengelus rambutku.
"Kamarmu memiliki penghuni. SELAIN DIRIMU!!" Ujarku yang terbata-bata.
Mendengar hal tersebut, Risa pun tertawa terbahak-bahak. "Ya jelaslah, kamu juga penghuni kamar ini." Ujarnya menganggap diriku bercanda. Ia pun menyuruhku kembali tidur. Namun, aku yakin ada orang lain selain aku dan Risa disini. Aku mencari jawaban tersebut, namun aku tidak bisa menyalahkan khayalan dan imajinasiku. atau mungkin aku hanya terlalu capek? mungkin aku harus tidur kembali dan beristirahat yang cukup malam ini agar khayalan itu hilang dari pikiranku.
Beberapa jam setelah aku tidur sangat nyenyak, aku dibangunkan oleh suara-suara aneh yang sepertinya keluar dari tembok kamar Risa. Aku mencoba tenang dan tetap terlelap, namun suara itu sangat dekat hingga aku mencoba mengintip.
"Ya Tuhan!" Betapa terkejutnya aku melihat seperti ada seorang perempuan yang kaluar melalui tembok tersebut. Jantungku berdebar cukup cepat, nafasku naik turun dengan cepat, namun aku terus mencoba untuk menutup mataku dengan rapat. Aku mencoba memeluk Risa dari arah belakangnya, namun aku merasakan bahwa dia tidak ada disebelahku.
Tiba-tiba, aku memilih untuk tetap diam dan tenang saat aku merasakan ada seseorang yang duduk di atas kasur di belakang tubuhku. Aku terus membelakanginya dan tetap menutup mataku. Aku merasa ingin berlari keluar kamar mencari Risa dan berteriak sekuat tenaga. Namun, apa daya diriku sangat ketakutan dan mati rasa. aku sangat takut, hingga terasa melayang dan ingin pingsan. Tiba-tiba aku merasakan bulu kudukku merinding dan aku merasakan sangat dingin di tubuh bagian belakangku. Aku mencoba terus tenang dan tertidur kembali.
Pagi hari datang, aku melihat Risa sedang membuka gordennya agar sinar matahari dapat masuk ke kamarnya. Aku melihat dia menuju ke cermin yang dipenuhi aksesoris serta make-up nya. Aku pun bertanya,
"Pagi gini udah mau pergi lagi? Gak capek ya?" Ujarku cemas.
"Apaan. aku aja baru pulang, mana mungkin pergi lagi. ini mau bersihin make-up." Ujar dia tersenyum sambil membersihkan make-up nya di depan cermin.
Mendengar jawaban tersebut, aku tercengang. Aku mulai takut dan berfikir hal yang aneh, "Siapa semalam?" pertanyaan tersebut terus bergumam dipikiranku. aku semakin takut dan semakin merinding. aku melihat ke tembok dan, dan aku masih bisa melihat titik darah mengalir perlahan. aku tersentak berteriak hingga Risa berlari ke arahku yang sudah terjatuh di lantai. "Ada apa?" tanya Risa, aku pun hilang kesadaran.
Setelah tertidur pulas, aku terbangun. aku melihat Risa dan Imah sedang berada disampingku menunggu hingga aku bangun. Aku yang sudah tidak kuat lagi, akhirnya aku meminta Risa mengantarku kembali ke rumah orangtuaku di pedesaan. Namun, Risa yang masih ngantuk membujukku untuk menginap semalam lagi. Sebenarnya aku sudah tidak kuat lagi, namun apa boleh buat? Aku pun mengiyakan permintaannya.
Makan malam telah tersedia di atas meja makan. Aku, Risa dan keluarganya menyantap makanan bersama.
"Eh, ada apa?" bisik Risa pelan kepadaku.
"Tidak ada." Jawabku singkat sambil melanjutkan makan.
Risa pun tidak mengambil pusing, ia juga melanjutkan makan. Namun, selera makanku hilang seketika saat aku melihat seorang perempuan yang belum pernah aku lihat sebelumnya berada di dapur. aku melihat perempuan tersebut melalui celah kecil antara dapar dan ruang makan rumah Risa. Perempuan tersebut seperti sedang memotong sesuatu dan tampak lesu dan diam. Aku mulai takut ketika aku menyadari bahwa muka perempuan tersebut rata. Aku baru bisa menyadari hal tersebut 3 menit setelah melihatnya saat ia berbalik arah unutuk menuju ke wastafel. Aku hanya terdiam dan memalingkan kembali wajahku ke hadapan keluarga Risa yang sedang makan.
"Aku takut!" hanya kata tersebut yang keluar dari pikiranku saat membayangkan perempuan tersebut. Setelah makan, aku dan Risa kembali ke kamar untuk bermain game di sosial media.
"Aku ke toilet sebentar ya?" Ujar Risa sambil berdiri dan meninggalkanku yang sedang bermain game sendiri di kamar. Aku sangat senang bermain game tersebut, aku bermain hingga lupa waktu. setelah aku game over, aku baru menyadari Risa belum kembali juga selama 20 menit. aku berfikir bahwa dia mungkin seang sakit perut. Tiba-tiba aku menghentikan permainan tersebut karena mendengarkan sesuatu yang bergesek di lantai. suara tersebut sangat jauh, makin lama menjadi dekat, semakin dekat hingga bulu kudukku berdiri. aku tidak berani untuk melihat ke belakang, aku hanya diam dan membeku. untuk menutupi rasa takutku, aku melanjutkan permainan tersebut walaupun aku sangat takut dan tanganku sudah lemas, bergetar. aku merasa seperti di film yang pernah aku dan Risa tonton. tokoh tersebut duduk sendiri dan tiba-tiba ada tangan yang sangat pelan memegang pundaknya. pelan tangan tersebut masih aku rasakan, pelan tapi pasti menggerap ke arah pundakku.
"Aaaaaaaaaaaaa....." Teriakku saat aku merasa ada seseorang yang memegang pundakku.
Aku berlari pontang-panting menuju ke pintu kamar Risa. Namun, aku tiba-tiba terjatuh dan tersungkur. aku melihat ada seseorang yang datang dari kegelapan di salah satu sisi kamar Risa. dia berjalan pelan, sumpah aku tak bisa bergerak lagi, aku sangat takut. Tiba-tiba makhluk itu berteriak dan berlari dengan sangat cepat kearahku,
"Aaaaaaaaaaaaaaaa...."
Aku dan Risa terbangun dari tidur nyenyak kami. Aku terlihat pucah dan ketakutan, merinding sambil melihat ke kiri dan kanan. Risa yang terkejut dan terbangun segera memelukku.
"Ada apa lagi?" Tanya nya kepadaku sambil terus mengelus rambutku.
"Kamarmu memiliki penghuni. SELAIN DIRIMU!!" Ujarku yang terbata-bata.
Mendengar hal tersebut, Risa pun tertawa terbahak-bahak. "Ya jelaslah, kamu juga penghuni kamar ini." Ujarnya menganggap diriku bercanda. Ia pun menyuruhku kembali tidur. Namun, aku yakin ada orang lain selain aku dan Risa disini. Aku mencari jawaban tersebut, namun aku tidak bisa menyalahkan khayalan dan imajinasiku. atau mungkin aku hanya terlalu capek? mungkin aku harus tidur kembali dan beristirahat yang cukup malam ini agar khayalan itu hilang dari pikiranku.
cuma bisa berpikir :
BalasHapus1. apa mungkin ada satu keluarga yang mati disitu kemudian gentayangan di rumah itu
2. mungkin keluarga risa atau risanya sendiri melakukan suatu kontrak dengan semua mahluk itu?
tangan guee ampe geter-geter (?) -girl
BalasHapusmungkin pesugihan/? entahlah
BalasHapusBUT NICE GAN!
KEEP POSTING YAA
T_T Akan lebih bagus jika anda membuat cerita psycho..
agan berbakat tuh
keren... tapi kok hantunya banyak bgt ya? #eh
BalasHapuskunjungi blogku juga ya~ aku sedang rajin nulis artikel horror belakangan ini
http://kagura-sohma.blogspot.com