Aku keluar dari kamar kecil
menuju kaca besar yang ada didepan kelima kamar kecil dikamar mandi tersebut.
Aku mencuci tangan dan wajahku, sambil mendengar suara air mengalir dikamar
kecil tempat seseorang tersebut masuk.
Tiba-tiba air dari kamar kecil
tersebut berhenti, mungkin orang dikamar kecil tersebut telah selesai dan akan
keluar. Aku menunggu siapa yang akan keluar dari kamar kecil tersebut, namun
lima menit adalah waktu yang cukup lama untuk menunggu dimalam hari, akupun
memutuskan untuk keluar dari kamar mandi meninggalkan siapapun dikamar mandi
tersebut.
“Udah selesai, ra?” Tanya Risa
yang melihatku telah keluar dari kamar mandi.
“Udah. Ayo kembali keruangan!”
Jawabku.
Kamipun kembali keruangan
melewati lorong rumah sakit tersebut. Lampu yang hidup dan padam dengan
sendirinya menambah seramnya rumah sakit tersebut pada malam hari.
Sesampai ruangan, Risa mengunci pintu
dan segera merebahkan diri diatas sofa, sedangkan diriku merebahkan tubuh
diatas kasur. Aku melihat kearah Risa yang telah tidur lelap, mukanya sedikit
pucat, ia tampak kurang darah.
“Mungkin karena aku membangunkan
dia tengah malam seperti ini.” Pikirku sambil terus melihatnya.
Karena sangat ngantuk, akupun
memutuskan untuk kembali tidur dan terlelap. Aku mulai bermimpi buruk, aku
tidak tahu aku dimana, tetapi tempat itu sungguh menyeramkan. Aku mulai melihat
Risa yang meminta tolong saat dirinya ditarik oleh sesosok bayangan hitam. Risa
memanggil namaku dengan lantang…
“Iraaaaaa!”
“Iraaaa!”
“Iraa, tolong…”
“Ira, tolong…”
“Ira, tolong buka pintunya!” Aku
terbangun mendengar suara teriakkan Risa tersebut. Ternyata aku bermimpi dan
aku melihat kearah sofa, tiada Risa disana.
“Ira, buka pintunya!” Aku melihat
kearah pintu dan melihat Risa terkunci dari dalam ruangan. “Mengapa ia bisa
terkunci dari luar?” Tanyaku dalam hati.
Aku segera bangun dari tempat
tidurku menuju kearah pintu dan membukanya. Risa pun masuk sambil mengomel sendiri.
“Ada-ada saja kamu ini, ra. Aku di
tinggal sendiri dikamar mandi, pake acara ngunci pintu dari dalam lagi.”
Aku hanya bisa terdiam sambil
berfikir bahwa semua yang kulakukan adalah mimpi. Tetapi ini sangat nyata, aku
yakin benar bahwa aku sadar dan tidak bermimpi bahwa aku dan Risa telah masuk
ke ruangan bersama-sama.
Risa yang tampak lelah segera
membaringkan tubuhnya diatas sofa untuk tidur. Namun kejadian malam ini
membuatku tidak mengantuk. Aku seperti merasakan Déjà vu, imaginasi tingkat
tinggi, mimpi aneh, mungkin aku juga sleepwalking.
Kriiiiiing…
Jam weker kecil milik Risa telah
berbunyi menandakan waktu telah menunjuk ke angka 6 pagi. Aku yang tidak bisa
tidur semalaman, membuka tirai jendela ruangan agar sinar matahari dapat masuk.
Risa terbangun karena pantulan cahaya matahari tersebut.
“Hooam, udah pagi aja.” Ujarnya
sambil membuka matanya dan merenggangkan otot tubuhnya.
“Udah bangun Ris?” Tanyaku
basa-basi kepadanya.
“Tumben ra bangun lebih cepat
dariku?” Ia tersenyum.
“Iya Ris, hari ini aku kan udah
dibolehkan pulang oleh dokter. Aku tidak sabar lagi untuk bertemu kedua
orangtuaku.”
“Oh, iya. Ayo kita packing dulu.”
Kamipun bersiap-siap untuk pergi
dari rumah sakit ini. Pukul 8 pagi, kami memulai perjalanan dari rumah sakit
menuju ke rumahku.
Kami sangat menikmati perjalanan menuju
kerumahku melewati jalan aspal yang panjang. Aku tidak khawatir lagi, karena
aku yakin perjalanan kami tidak akan sampai malam, bahkan tidak akan sampai
sore hari.
Saat sedang dipertengahan jalan,
semangatku dan Risa kandas, musnah ditengah jalan. Mobil Risa yang kami
kendarakan mogok tanpa sebab dijalan panjang yang sepi sejauh mata memandang. Hanya
terdapat jalan lurus beraspal dan hutan bertebaran dikanan dan kiri jalan.
“Hallo ma, mobil mogok nih
dijalan kerumah Ira. Jauh banget dari pemukiman warga, bisa tolong telepon
bengkel dong suruh nyusul kesini ya ma!” Risa melepon Mamanya.
Kamipun menunggu sangat lama,
hingga matahari mulai berada di barat. Kami mulai resah menunggu, walaupun
tiada orang jahat yang mungkin lewat tempat ini dan melukai kami karena suasana
yang cukup sepi. Kami mulai takut hari akan gelap, karena sudah pukul 4 sore
hari.
…Kriiing…
…Kriing…
“Hallo ma. Apa? Ya ampun. Tapi
cepat ya ma! Iya, Ok! Iya, iya. Bye!”
“Kenapa Ris?” Tanyaku pada Risa.
“Bengkel pada penuh, jadi ortu
yang nyusul kesini. Semoga aja mereka gak lama, udah mau gelap nih.”
“Nyusul? Ini kan jauh banget. Bisa
sampai malam kita nunggu. Tapi tak apalah, daripada tiada kendaraan.” Ujarku
kembali.
Hari mulai gelap, orangtua Risa
belum juga sampai ke tempat kami berada. Aku yang mulai takut segera masuk dan
duduk didalam mobil.
Risa yang juga mulai lelah menunggu,
masuk dan duduk didalam mobil. Kami berbincang-bincang untuk menghilangkan
bosan. Entah kenapa percakapan kami tentang sekolah kami dulu menjadi cerita
horror. Aku yang mulai takut menghentikan pembicaraan, Risa pun mulai sadar dan
merasa takut.
“Gimana kalau kita denger radio.
Hilangin bosan!” Tanya Risa sambil tersenyum.
Risa pun menekan tombol power
radio pada mobilnya. Entah mengapa lagi, radio tersebut memutarkan cerita
horror, kami sungguh ketakutan. Dari siaran tersebut, aku mengingat bahwa mala
mini adalah malam Jumat, ini menambah rasa takut kami. Keringat dingin mulai
bercucuran dan wajah kami tampak pucat. Risa segera mematikan radio tersebut.
…Bruaaaaak…
Terdengar suara keras dari luar
mobil yang sangat mengejutkan kami berdua. Kami mecoba tidak terkecoh dan
memberanikan diri untuk tetap didalam mobil dan tidak melihat sumber suara tersebut
karena diluar begitu gelap.
“Kita cek?” Tanya Risa yang mulai
penasaran.
“Jangan, sebelum orangtuamu
datang kesini.”
Kami pun kembali terdiam karena
tidak berani untuk melakukan apapun. Risa yang mengingat handphone-nya menyimpan
beberapa film kartun mengajakku menonton untuk menghibur dan menunggu
kedatangan orangtuanya.
Sebelum kami memulai menonton,
Risa menelepon orangtuanya untuk segera menuju ke tempat kami saat melihat
mobil kami. Karena Risa masih penasaran dengan sumber suara yang tidak terlalu
jauh dari mobil kami, iapun menghidupkan flashlight handphone-nya dan
mengarahkan ke jendela mobil yang gelap untuk melihat keadaan sekitar.
…aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….
Risa berteriak keras dan
terlempar ke tempat dudukku, handphonenya terlempar tak beraturan. Ia tampak
sangat ketakutan, gemetar, pucat dan menangis. Melihatnya, aku menjadi sangat
cemas, aku terus bertanya apa yang ia lihat. Namun, ketakutannya sangat besar
hingga ia hanya ketakutan sambil terbata-bata seperti orang gagu. Aku yakin ada
yang tak beres diluar mobil ini dan aku tidak ingin mengetahuinya sama sekali,
cukup Risa yang mengetahuinya.
Aku sangat cemas melihat Risa
yang tampak sangat ketakutan, aku mencoba terus menenangkannya, memegang
tangannya yang bergemetaran dan penuh keringat dingin. Aku menyapu air matanya
dengan tisu, aku lebih merasa cemas dan sedih dibanding rasa takut saat ini.
“Risa, tenang ya. Aku tau kamu telah
melihat sesuatu. Tapi sadarlah, beranikan dirimu, anggap saja itu hanya mimpi.”
Ujarku untuk menenangkannya.
Akupun mengambil handphonenya
yang terjatuh ke bawah bangkunya, aku ingin menghubungi orangtuanya. Karena mobil
ini sangat gelap, aku sangat sulit untuk mencari dan menjangkau handphone yang
terselip dibawah bangku tersebut.
Awwww…..
Aku merasa telapak tanganku
terkena benda tajam yang berada dibawah bangku, seperti pisau, namun lebih runcing
lagi. Sangat menyakitkan telapak tanganku, terasa perih. Akupun melepaskan
tanganku dari bawah bangku tersebut untuk melihat keadaan telapak tanganku.
“Aduhhh, perih sekali!” Ujarku
saat melihat telapak tanganku mengeluarkan darah dan tercecer ke tempat duduk
kami.
Aku mengambil tisu dan menyapu
darah tersebut serta membalutnya. Aku bingung dengan keberadaan benda tajam
dibawah itu. Aku mencoba menunduk dan meraihnya untuk melihat apa sebenarnya
benda tersebut. Namun, benda tersebut seperti tersangkut di dasar mobil. Tenagaku
tidak merubah sama sekali posisi benda tersebut.
“Kalian siap?”
Terdengar suara samar-samar entah
dari mana asalnya. Akupun terdiam ketakutan, air mataku berlinang dan keringat
dingin mulai bercucuran. Aku memeluk tubuh Risa dan terus berdoa dalam hati.
“Semoga ini hanya mimpi!” Ujarku
dalam hati.
….…Hahahahahahahahahahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahaaaa…………
Lanjutin dong kak, udah sebulan nih gak posting.__.
BalasHapusmaaf non, di daerah Batam susah kali dapat sinyal...
BalasHapusseharusnya udah tamat ini cerita
Min lanjutin dong ceritanyaa. Udah mau 3 bulan nih. Plis? :)
BalasHapusMin. Udah mau 6 bulan min. Lanjutin donggggg.
BalasHapusMin udah mau 6 bulan min. Lanjutin dongggg.
BalasHapus